
Kelompok LGBT Ada di Sanggau
- 5 Januari 2018
- Diposting di BERITA SANGGAUPONTIANAKPOST
- 0
Kelompok LGBT Ada di Sanggau
Sanggau Jumat, 5 January 2018 10:00
Terindikasi via Facebook
SANGGAU – Keberadaan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau lebih di kenal LGBT terindikasi keberadaannya di Kabupaten Sanggau. Hal ini di ketahui dari grup jejering sosial facebook, dan satu diantaranya “Gay Sanggau Kapuas,” dengan jumlah 157 akun.
LGBT sejatinya masih dalam perbincangan besar masyarakat di Indonesia mengingat dampak yang di timbulkan di masyarakat. Namun, dari sisi medis, ada faktor genetik yang turut mempengaruhinya.
“Ada faktor genetik juga sehingga muncul yang disebut deviasi seksual. Sebenarnya, bisa dibilang prilaku menyimpang. Tapi itu bukan karena pengaruh lingkungan,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Jones Siagian.
Dikatakannya, faktor lingkungan hanya sebatas stimulus semata. Karena, memang sebelumnya faktor genetik gay sudah ada dalam diri seseorang. “Tapi itu setahu saya tidak menular. Kalau seperti kita yang tidak ada gen LGBT itu mau bergaul pada siapa saja tidak ada masalah,” katanya.
“Faktornya itu murni genetic. Kemudian muncul karena kondisi lingkungan. Makanya selalu mereka tergabung dalam komunitas. Kalau bukan gay, walaupun sering bergaul tak akan menjadi gay. Kalaupun saya bergaul dangan bencong, tak akan jadi LGBT. Jadi ini murni karena gen,” tambahnya, kemarin.
Secara tegas, Jones menyebut bahwa secara medis hal tersebut menyimpang dari kelaziman. “Lazimnya, kan laki-laki tak mungkin dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Atau main dua gang. Yang semacam ini tak bisa sembuh. Itu sudah genetik,” ungkapnya.
Sampai sekarang masih belum diketahui penyebab perubahan genetik tersebut. “Kalau bahasa kedokterannya, idiopatik. Kita tak tahu. Contohnya begini, kita kan normalnya punya 5 jari tetapi kan ada orang yang jempolnya tumbuh satu, nah itu namanya polidaktili,” terangnya.
Menurutnya, solusi terhadap hadirnya komunitas LGBT ini tergantung pada pandangan masyarakat teradap mereka. Karena, kecenderungannya (yang seperti ini) hampir mustahil disembuhkan (kembali normal).
“Yang perlu dijaga adalah perilakunya jangan menyimpang. Kalau dari kacamata medis, orang-orang seperti ini jangan dimusuhi, harus diajak diskusi supaya mereka tidak melakukan kegiatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain,” tegas Jones. (sgg)